Kesepakatan Rapat Pleno Komisi Liturgi KWI 2011
Memahami hal MISA IMLEK
 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG

Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang 2011 - 2015 
 
Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.

Dalam masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tatanan hidup baru yang adil, damai, sejahtera dan demokratis, umat Allah berperan secara aktif mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat Injil dengan beriman mendalam dan tangguh, serta ambil bagian mewujudkan kesejahteraan umum.

Langkah pastoral yang ditempuh adalah pengembangan umat Allah, terutama kaum awam, secara berkesinambungan dalam perwujudan iman di tengah masyarakat; pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel; serta pelestarian keutuhan ciptaan. Langkah tersebut didukung oleh tata penggembalaan yang sinergis, mencerdaskan dan memberdayakan umat beriman serta memberikan peran pada berbagai kharisma yang hidup dalam diri pribadi maupun kelompok.

Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus, setia dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, dan mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja.
Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (bdk. Flp 1:6)


Silahkan klik :

MANAJEMEN STRATEGIK KAS  


 =========================================


ARAH DASAR UMAT ALLAHKEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2006 – 2010



Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dalam bimbingan Roh Kudus berupayasemakin menjadi persekutuan paguyuban-pabuyuban murid-murid YesusKristus yang mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan (bdk. Luk.4:18-19). Mewujudkan Kerajaan Allah berarti bersahabat dengan Allah,mengangkat martabat pribadi manusia, dan melestarikan keutuhanciptaan.



Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang berjuang mengatasikorupsi, kekerasan, dan kerusakan lingkungan hidup, umat AllahKeuskupan Agung Semarang terlibat secara aktif membangun habitus baruberdasarkan semangat Injil (bdk. Mat 5-7). Habitus baru dibangunbersama-sama: dalam keluarga dengan menjadikannya basis hidup beriman;dalam diri anak, remaja dan kaum muda dengan melibatkan mereka untukpengembangan umat; dalam diri yang kecil, lemah, miskin dan tersingkirdengan memberdayakannya.



Untuk mendukung upaya tersebut, umat Allah Keuskupan Agung Semarangmengembangkan pola penggembalaan yang mencerdaskan umat beriman,melibatkan perempuan dan laki-laki, memberdayakan paguyuban-paguyubanpengharapan, memajukan kerjasama dengan semua yang berkehendak baik,serta melestarikan keutuhan ciptaan.Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus hati bertekad bulatmelaksanakan upaya tersebut, dan mempercayakan diri padapenyelenggaraan ilahi dengan setia dan rendah hati seturut teladanMaria, hamba Allah dan bunda Gereja.



Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya(bdk. Flp 1:6).


Silahkan klik

TULISAN DI BAWAH INI :

1. Nota Pastoral KAS 2009 - Kaum Muda Menggugah Dunia
2. BEATO GIORGIO FRASSATI (Bruder Girolamo)

==================================================================



KAUM MUDA MENGGUGAH DUNIA



PENGANTAR



01. Pada tahun 2009 Keuskupan Agung Semarang mengambil fokus pastoralmelibatkan orang muda untuk pengembangan umat. Fokus ini merupakansatu rangkaian fokus pastoral yang dijabarkan dari Arah dasarKeuskupan Agung Semarang (Ardas KAS) 2006-2010. Oleh karena itu,melibatkan orang muda untuk pengembangan umat merupakan lanjutan daripengembangan keluarga sebagai basis hidup beriman (2007), sertamelibatkan anak dan remaja untuk pengembangan umat (2008).



02. Orang muda selalu menjadi penggerak perubahan. Sejarah bangsaIndonesia dari masa perjuangan sampai pada masa reformasi ditandaidengan keterlibatan orang muda. Gereja pun dibangun dan ditumbuhkanoleh orang-orang muda. St. Paulus yang tahun ini kita kenang secaraistimewa adalah pribadi muda yang dengan penuh kobaran jiwa mewartakan Yesus yang wafat dan bangkit. Sekarang ini banyak kegiatan orang mudadalam kehidupan menggereja. Kegiatan-kegiatan orang muda ini ikutmenggerakkan dinamika kehidupan Gereja, karena orang muda "berada dijantung hati Gereja" (Nota Pastoral KAS 2003). Hal ini pantasdisyukuri.



03. Orang muda hidup dalam dunia yang ditandai dengan arusglobalisasi. Globalisasi yang yang dimotori tehnologi dan ekonomi disamping membawa kemudahan juga menawarkan pola hidup yang ditandaidengan persaingan bebas. Dalam suasana itu, mereka yang kalah akantersingkir. Situasi seperti ini ikut menentukan gerak keterlibatanorang muda dalam Gereja dan masyarakat.



04. Nota Pastoral tahun 2009 ini disampaikan kepada seluruh umatkhususnya orang muda sebagai ajakan untuk terlibat dalam tugasperutusan Gereja untuk mewartakan Kerajaan Allah yang memerdekakan.Nota Pastoral ini terdiri dari : I. Orang muda dan dunianya; II.Tanggung Jawab Gereja; III. Meneladan St. Paulus, Gelora Orang Muda,untuk menggugah Dunia.; IV. Melibatkan Orang Muda dalam PengembanganHidup beriman; dan V. Sapaan Pastoral.



I. Orang Muda dan Dunianya



05. Ada banyak cara dan ilmu untuk menemukan hakekat orang muda. Dalamkonteks kehidupan sosial hakekat orang muda dapat ditelusuri denganmenengok kiprah orang muda dalam perjalanan sejarah. Berpangkal darikiprah orang muda dalam sejarah itulah akan dirumuskan jati diri orangmuda.



A. Usia



06. Dari segi usia, orang muda adalah mereka yang usianya di antara13 - 35 tahun dan belum menikah. Rentang usia yang panjang ini merupakanmasa yang menentukan perkembangan manusia untuk meraih kedewasaanfisik, moral, emosional dan spiritual.



B. Dunia Orang Muda



a. Masa Pencarian



07. Masa muda adalah masa pembentukan jatidiri. Pada masa iniseseorang akan menegaskan identitas, kepribadian dan keunikannya. Makatidaklah mengherankan, pada masa ini muncul aneka macam pikiranataupun tindakan yang seringkali membuat orang lain terkaget-kaget.Proses pencarian ini akan berhenti ketika orang muda menemukan pijakanyang tepat bagi hidupnya.



b. Berkelompok



08. Orang muda suka berkelompok. Ada aneka macam kelompok hobi yangdiikuti oleh orang-orang muda, seperti komunitas sepeda "onthel",komunitas pecinta binatang, dan komunitas pecinta alam. Banyak pulakelompok-kelompok rohani, olah raga, musik, teater, diskusi yangterdiri dari orang muda. Kecenderungan berkelompok ini tidak hanyaterjadi dalam dalam dunia yang kasad mata, tapi juga dalam dunia mayadalam bentuk milis ataupun blog-blog komunitas pertemanan.



c. Masa Aktualisasi Diri



09. Masa muda adalah masa aktualisasi diri. Serupa tempat air yangsudah penuh, orang muda ingin membagikan kepada semua apa yang iapunya. Dengan gagah berani, bahkan seringkali tidak memikirkannyawanya, orang muda melabrak ketidakberesan-ketidakberesan yangmewujud dalam kemapanan-kemapanan semu. Sebaliknya, serupa juga dengantempat yang kosong orang muda selalu mencari pemenuhan diri. Sejarahtelah membuktikan bahwa banyak tokoh tampil pada usia muda. Dalam usiamudanya mereka mampu menelorkan ide-ide gemilang dan mewujudkannyadalam tindakan yang penuh pengorbanan sampai menjadi tonggak sejarahbangsa ini. Sebagai contoh dapat disebut, Boedi Utomo dengan SumpahPemuda th. 1928, dan Bung Karno sang Proklamator.



d. Gelisah dengan Kemapanan



10. Dalam diri para muda tersimpan segala energi untuk mengubahtatanan dunia menuju suatu idealisme demi kebaikan semua orang.Kemapanan semu menggelisahkan orang muda dan memunculkan keprihatinanyang kemudian melahirkan keterlibatan. Sejarah Indonesia mencatatnama-nama penggugat kemapanan yang tidak mencerminkan keadilan dankebenaran, misalnya pada tahun 1998 mahasiswa turun ke jalan,berdemonstrasi menggugat kemapanan semu Orde Baru dan melahirkan OrdeReformasi.



e. Inspiratif



11. Orang muda kaya dengan ide-ide segar dan inspiratif, sekalipunsering mengagetkan. Namun bila ide ini disikapi dengan arif dan adaruang untuk mewujudkannya, ide ini akan berkembang menjadi inspirasiyang menggugah, menggerakkan dan mengubah. Ini nampak misalnya padasosok Sutomo, (3 Oktober 1920 - 7 Oktober 1981) yang akrab dikenaldengan nama Bung Tomo. Pada tanggal 10 November 1945 Bung Tomomengumandangkan pidato yang membakar semangat arek-arek Soeroboyo.Pidato itu amat dikenal dengan semboyannya, rawe-rawe rantas,malang-malang tuntas. Semboyan itu menggugah segala semangat dan niatpara prajurit muda dan bangsa ini untuk membela kemerdekaan daritantangan tentara Inggris.



f. Spontan



12. Orang muda spontan dan tanggap terhadap situasi. Setelah tentaraAmerika Serikat menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki padatanggal 6 dan 8 Agustus 1945, para pejuang muda dan anggota tentaraPETA secara spontan menangkap situasi ini sebagai peluang untukmemproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, ChaerulSaleh, Shodanco Singgih dan pemuda lainnya membawa Bung Karno dan BungHatta ke Rengasdengklok supaya tidak terpengaruh oleh Jepang.Peristiwa ini dicatat dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai peristiwaRengasdengklok yang melahirkan teks Proklamasi. Pada jaman sekarangini spontanitas tersebut tetap terjaga dan mewujud dalam aneka macambentuk, khususnya dalam membela masalah-masalah kemanusiaan. Ketikaterjadi gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tahun 2006 sertabanjir di daerah Solo dan sekitarnya pada bulan Desember 2007, banyakorang muda secara spontan menjadi relawan untuk menolong para korban.



g. Kokoh dalam Prinsip



13. Orang muda seringkali dipandang bersikap keras kepala. Namunsecara lebih positif hal itu dapat dipandang sebagai keteguhan orangmuda dalam berprinsip dan ketekunannya dalam memperjuangkan kebenarandan keadilan bagi kesejahteraan semua orang. Dengan amat mudah hal iniditemukan dalam diri pejuang-pejuang pergerakan. Para pejuangmerelakan keluarga, waktu, tenaga dan seluruh pikirannya untukperjuangan demi kesatuan dan kemerdekaan Indonesia. Sampai sekarangini kekokohan dalam prinsip itu masih ada dalam diri orang muda.



h. Dinamis dan kreatif

14. Dunia orang muda adalah dunia yang selalu bergerak. Merekabergerak untuk menemukan tempat berlabuh yang sesuai. Maka tidakmengherankan bila seringkali pelabuhan ini tidaklah panjang waktunya,sementara, sampai ditemukan tempat berlabuh yang lebih nyaman danmenyejukkan hati. Pelabuhan itu dapat berupa kawan, organisasi, tempatkerja, pendidikan dan calon pasangan hidup. Di satu sisi dinamika inidapat membawa mereka pada situasi ambang dan membawa kekhawatiran padaorang yang menyaksikan. Di sisi lain situasi itu memberi ruang positifpada pertumbuhan kreativitas orang muda dalam mengelola sejarahhidupnya. Bantuan yang memadai akan memampukan orang muda merangkaiserpihan-serpihan kreativitas itu menjadi kristal-kristal pemahamanyang membangkitan daya hidup dan menggerakkan kehidupan menujukesejahteraan bersama. Pada saatnya mereka akan siap menjadi pemimpinkehidupan.



i. Berhasrat akan Nilai-Nilai Ideal



15. Banyak orang mengatakan bahwa orang muda selalu bersikap idealis.Sikap ini sering dipandang secara negatif, karena mereka hanyaberhenti pada tataran ide, tidak realistis. Namun justru idealismeinilah yang membuat orang muda berani bermimpi atau bercita-cita.Takjarang sebuah penemuan dan pergerakan yang membawa perubahan diawalioleh mimpi. Idealisme itu janganlah dipatahkan tetapi dikembangkansampai suatu tindakan yang membawa perubahan dalam masyarakat.



j. Saat Pembelajaran



16. Masa muda adalah masa yang paling baik untuk mendapatkan danmenyerap aneka macam pendidikan. Dalam masa inilah orang muda belajarmerasakan, melihat, mengalami dan melakukan sesuatu sehingga nalar,gerak hidup dan hati mereka bertumbuh dengan baik. Semakin baik danbenar pendampingan yang diperoleh, orang muda akan bertumbuh menjadipribadi yang dewasa dan bijaksana. Untuk itu, perlu tersedia fasilitaspendidikan formal dan non formal yang berkualitas dan didukung olehorang-orang yang penuh dengan dedikasi. Pendidikan yang bermutu akanmemberikan ruang yang kondusif bagi orang muda untuk tumbuh danberkembang menjadi pribadi yang dewasa dan mampu menyikapi dunianyadengan bijaksana.



C. Orang Muda Hidup di Era Wajah Ganda globalisasi



17. Dunia terus berubah. Perubahan ini seiring dengan perkembangankreasi dan inovasi manusia dalam bidang tekhnologi. Tekhnologi sendiriseharusnya merupakan buah dari perpaduan akal budi yang jernih, hatinurani yang benar, kehendak yang bebas dan imajinasi yang hidup.Tekhnologi dikembangkan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidupmanusia. Namun sayangnya, tidak semua manusia dapat menikmati capaianteknologi itu. Tidak sedikit yang justru menjadi korban dari perubahandan perkembangan ini. Korban ini akan makin besar bila kemajuan inihanya berorientasi pada keuntungan semata dan menyingkirkannilai-nilai kemanusiaan. Globalisasi tekhnologi diiringi denganglobalisasi ekonomi. Perpaduan kedua hal itu sering menggoncangmartabat manusia bahkan mengubah kenyataan hidup manusia. Disadariatau pun tidak disadari manusia menjadi rakus sehingga mudahmengeksploitasi sesama dan alam lingkungan demi keuntungan pribadi dankelompoknya.



18. Itulah sebabnya globalisasi teknologi yang dibarengi olehglobalisasi ekonomi dapat dikatakan mempunyai wajah ganda. Di satusisi teknologi menolong hidup manusia, tetapi di sisi lain ternyatajuga mengancam tata kehidupan manusia sebagai citra Allah di dunia.Sebagai contoh dapat disebut penemuan mesin-mesin industri. Kehadiranmesin ini amat menguntungkan tetapi juga memunculkan banyakpengangguran karena tenaga kerja manusia tidak terpakai lagi. Pantasdisyukuri bahwa globalisasi dapat mengantar umat manusia dalammembangun solidaritas antarbangsa. Persoalan-persoalan kemanusiaan disuatu negara tertentu menggerakkan solidaritas masyarakat di negaralain. Berita tentang gempa di Jogja dan Klaten, misalnya, dengansegera didengar oleh bangsa lain. Didorong oleh semangat solider padakorban, mereka pun segera datang membantu.



19. Di lain sisi, di era globalisasi ini pergerakan hidup manusiamenjadi semakin cepat. Kondisi itu memunculkan rasa was-was karenabanyak orang yang tidak dapat mengikutinya. Mereka yang tidak mampumengikuti gerak perkembangan itu akan tersingkir. Inilah yang disebutmarginalisasi. Situasi ini membangkitkan ketidakadilan di segalabidang. Jurang kaya dan miskin, kuat dan lemah, berkuasa dan ditindassemakin dalam. Dunia menjadi medan bagi kultur "homo homini lupus"(manusia adalah serigala bagi sesamanya), bukan lagi medan bagi kultur"homo homini socius" (manusia adalah sahabat bagi sesamanya).



20. Dunia terbagi dalam kelompok masyarakat yang tidak adil sepertiyang tampak pada model piramida pendapatan di bawah ini.



A(R) 3% orang yang kaya raya dan pada umumnya juga berkuasa



B (R) 17% orang kelas menengah yang hidup lebih daripada cukup danpada umumnya juga dapat disebut relatif kaya



C (R) 40% orang hidup pas-pasan, dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhanpokok mereka tetapi selalu terancam masuk kelompok miskin mutlak kalautertimpa oleh musibah (penyakit, kecelakaan, pengangguran, dsb.)



D (R) 40% orang melarat mutlak yang tidak dapat hidup secara layak dankecil peluangnya untuk keluar dari keadaan ini.



21. Selain memunculkan tatanan yang tidak adil, globalisasi jugamenggoncang dan mengubah budaya suatu bangsa. Era global inimempermudah perjumpaan antar budaya. Masyarakat sebuah bangsa yangtidak mempunyai akar tradisi yang kuat akan dengan mudah mengalamigoncangan kala bertemu dengan budaya bangsa lain dan cenderung inginmengganti budayanya atau minimal mencontek budaya lain yang dianggaplebih maju.



22. Globalisasi berdampak pada gaya hidup manusia juga. Manusiamenjadi lebih mudah berpindah. Perpindahan ini bukan sekedarperpindahan manusia, barang atau pun uang, tetapi juga gaya hidup.Gaya hidup mudah sekali berubah. Orang mudah merasa jenuh. Situasi inimendapat dukungan dari semakin banyaknya produk-produk yang cepatusang. Produsen dengan kreatif membuat iklan mengenai barang baru.Orang mudah mengganti barang lawas-nya dengan barang baru. Munculpandangan bahwa keberadaan seseorang diakui bila selalu "up to date"atau "harga diriku ada karena aku selalu punya barang paling baru".



23. Pada tingkat kolektif situasi ini menciptakan suatu masyarakatdengan ciri mudah membuang (throw away society). Yang dibuang tidakhanya barang-kebendaan tetapi juga nilai-nilai, relasi-relasi, danikatan-ikatan tradisional seperti nilai perkawinan dan ikatankeluarga. Seseorang menjadi tidak mudah untuk membuat komitmen,terutama komitmen dalam jangka yang panjang. Sementara itu, padatataran pribadi orang cenderung berpusat pada dirinya sendiri. Orangcenderung semakin individualis dan kurang memperhatikan kepentinganorang-orang lain. Bahkan seringkali orang tidak peduli terhadap apayang terjadi pada orang-orang di sekitarnya.



II. Panggilan Dan Tanggung Jawab Gereja



24. Situasi--situasi baru masyarakat modern yang amat sekular dantimpang sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya menjadi tantangantersendiri bagi karya pastoral Gereja. Situasi tersebut menantangGereja untuk hadir menjadi tanda keselamatan dan menjadi relevan dalamkehidupan. Orang muda sebagai bagian yang terpisahkan dari Gerejadipanggil untuk terlibat secara aktif menggugah dunia dan membawanyamenjadi ruang lingkup yang mewujudkan hadirnya karya penyelamatanAllah.



A. Mewartakan Kabar Suka Cita

25. Dengan Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, Gereja menempatkandirinya di tengah dunia. Apa yang terjadi dengan dunia selalu akanmenyentuh Gereja. "Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasanorang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yangmenderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan paramurid Kristus juga." Seturut dengan panggilannya sebagai murid-muridKristus, Gereja terus menerus dipanggil untuk mewartakan kabarsukacita. Gereja dipanggil untuk mengusahakan "penyelidikan terhadaptanda-tanda zaman dan menafsirkannya dalam cahaya Injil" dan"bermaksud menyapa semua orang, untuk menyinari misteri manusia, danuntuk bekerja sama dalam menemukan pemecahan soal-soal yang palingpenting pada zaman sekarang."



B. Menyikapi Masalah-masalah Sosial

26. Ajaran Sosial Gereja menegaskan tanggungjawab Gereja atasmasalah-masalah sosial. Ensiklik Paus Leo XIII pada tahun 1891, RerumNovarum, membahas kemiskinan para buruh sebagai masalah sosial dantugas Gereja untuk menolong dalam semangat kasih. Pada tahun 1961 PausYohanes XXIII dalam ensiklik Mater et Magistra semakin tajammenempatkan Gereja di medan pergolakan sosial dalam dunia yang semakinsekular. Dikatakan dalam ensiklik itu bahwa "Tugas Gereja terutamauntuk menyucikan jiwa-jiwa dan berusaha agar mereka ambil bagian dalamharta kekayaan surga. Namun Gereja juga ikut prihatin mengenaikebutuhan hidup manusia sehari-hari. Dalam hal itu, Gereja tidak hanyamemprihatinkan apa yang perlu untuk hidup, Gereja juga ikutmengusahakan kesejahteraan dan kemajuan dalam berbagai bidangkebudayaan sesuai dengan tuntutan zaman."



27. Pernyataan ini menegaskan, bahwa dewasa ini iman harus menjadinyata dan hidup dalam usaha-usaha sosial dan sekular. Ensiklik inimemotret kenyataan hubungan-hubungan dan interaksi sosial hidupbersama yang semakin kompleks dan menunjukkan sifat internasionalperikehidupan manusia. "… Salah satu ciri utama yang agaknya cukupmencolok pada zaman sekarang yakni berkembangnya hubungan-hubungansosial, ikatan-ikatan timbal balik, yang kian hari makin besarjumlahnya, dan yang menimbulkan banyak dan bermacam-macam perserikatandalam kehidupan maupun kegiatan para warga negara. …"

C. Mengusahakan Perdamaian di Bumi

28. Pacem in Terris (Paus Yohanes XXIII, 1963) mengungkapkan,"Kemajuan akhir-akhir ini di bidang ilmu pengetahuan dan teknologiberpengaruh cukup mendalam atas peri kehidupan manusia. Kemajuan itumendorong umat manusia di seluruh dunia untuk menggalang kerja samadan menjalin perserikatan satu dengan yang lain justru saat sekarangini, yang ditandai oleh perkembangan sepesat itu dalam hal sumber dayamateriil, perjalanan antar negeri, dan informasi teknis. Akibatnyaialah: pertumbuhan luar biasa hubungan-hubungan antar perorangan,antara keluarga-keluarga, dan antara perserikatan-perserikatanpenengah yang termasuk berbagai negara. makin besarlah ketergantungantimbal balik antar negara di bidang ekonomi. Ekonomi-ekonomi nasionaltahap demi tahap menjadi begitu saling tergantung, sehingga sedanglahirlah semacam perekonomian dunia berdasarkan integrasi serentakperekonomian negara-negara. Akhirnya kemajuan sosial, tata tertib,keamanan dan perdamaian tiap negeri mau tak mau berkaitan dengankemajuan sosial, tata tertib, keamanan, dan perdamaian tiap negerilain." Dengan demikian, Mater et Magistra dan Pacem in Terrismenegaskan kembali makna iman dalam usaha nyata.

29. Hal serupa ditegaskan dalam sinode para Uskup pada tahun 1971 yangmenghasilkan dokumen Iustitia in mundo. Para Uskup menyoroti jangkarhidup Gereja yang berpusat pada tanggung jawabnya di dalam dunia."Bagi kami," demikian dokumen itu menyebut, "keterlibatan demikeadilan dan partisipasi dalam perubahan dunia merupakan unsurkonstitutif dari pewartaan kabar gembira, yaitu pengutusan Gerejauntuk penebusan umat manusia dan untuk pembebasannya dari segalakeadaan penindasan."

D. Melahirkan Komunitas Pengharapan



30. Seluruh dokumen tadi mengerucut pada simpul Gereja sebagaikomunitas pengharapan. Sebagai komunitas pengharapan, Gereja diajakuntuk tidak percaya begitu saja kepada ideologi-ideologi besar, entahitu komunisme atau kapitalisme, yang menawarkan jawaban terhadapmasalah-masalah dunia yang kompleks. Sebagaimana diketahui komunismetelah memberikan janji-janji kosong dan kapitalisme tidak mengindahkansegi-segi kemanusiaan dan moral. Bukankah ketidakadilan terhadapbangsa manusia dan terhadap lingkungan merupakan akibat dari sistemini? Selanjutnya, dengan identitas sebagai komunitas pengharapan itu,Gereja mengajak siapa saja yang berkehendak baik untuk membaharuikomitmen dan mencari jalan untuk mengembangkan tindakan-tindakankreatif, dengan mendasarkan diri pada prinsip-prinsip moral Kristiani.



31. Dalam konteks Asia ditemukan pengalaman pergulatan Gereja sebagaibagian dari kawasan yang terpinggirkan dalam arus globalisasi tetapiterus bergerak untuk mewujudkan cita-cita Injil. Berangkat dari usahamemberi tanggapan terhadap dokumen-dokumen dari Federation of AsianBishops' Conferences (FABC), Thomas C. Fox menunjukkan bahwa GerejaAsia dengan pengalamannya di dalam mengolah berbagai situasi dankrisis-krisis yang diakibatkannya mampu menampilkan wajah Gerejasebagai komunitas pengharapan. Gereja Asia menjadi Gereja yang dapathidup bersama dengan berbagai tradisi kebudayaan Asia dan denganberbagai komunitas beragama di Asia. Selain itu Gereja Asia jugaterlibat aktif mengatasi situasi miskin-marjinal yang nyaris selaluhadir di seluruh pelosok Asia. Hal ini diupayakan melalui dialogdengan tiga realitas Asia, yaitu dengan agama-agama, kebudayaan danmasyarakat miskin.

32. Di tengah rusaknya keadaban publik bangsa, Gereja Indonesiabertekad untuk ikut serta membangun habitus baru bangsa, denganmenampilkan budaya alternatif dalam ketiga poros yang mengaturkehidupan publik, yaitu Negara, Masyarakat Pasar, dan MasyarakatWarga. Budaya alternatif itu dilakukan dengan membangun keberpihakankepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir, menawarkan semangatsolidaritas bagi semua orang, serta mengedepankan dialog serta budayadamai (bdk. Nota Pastoral KWI 2004, no. 18). Upaya tersebut dilakukandengan mendorong pengembangan komunitas-komunitas basis menjadikomunitas-komunitas yang terbuka serta terlibat dalam kehidupanberbangsa dan dimotori oleh "kaum muda sebagai pemimpin dalam upayamengembangkan keadaban publik" (SAGKI 2005, no. 10).



33. Demikianlah dalam berbagai kesulitan dan tantangan hidup zamanini, Gereja berkomitmen mau turut bertanggung jawab terhadap situasiyang melingkupi hidupnya dan menopang terus keberlangsungan dunia yangterguncang oleh berbagai macam perkara. Gereja mau menjadi tandakeselamatan dari Allah. Cita-cita ini tentu saja membutuhkan usahakonkritisasi terus-menerus sebagaimana dikatakan oleh teolog MichaelAmaladoss: "suatu komunitas umat Allah; komunitas kebebasan tanpadominasi politik atau kultural; komunitas yang ditandai dengansolidaritas dan semangat berbagi dalam keadilan dan kesederajadan dimana tidak akan ada lagi kemiskinan dan eksploitasi". Untuk mewujudkancita-cita ini dibutuhkan komitmen dan konsistensi dari semua anggotaGereja.



III. Meneladan St. Paulus, Gelora Orang Muda, untuk Menggugah Dunia



34. St. Paulus adalah seorang yang mempunyai komitmen yang tinggisekaligus konsisten dalam usaha mecari dan menemukan karyapenyelamatan Allah. Ia terus berusaha mencari dan menemukannya denganmengembangkan pengetahuan dan pengalamannya dengan Allah. Ketikaberjumpa dengan Yesus, ia menemukan kepenuhan karya penyelamatan Allahtersebut. Perjumpaan ini semakin meneguhkan komitmen hidupnya untukmewartakan karya penyelamatan Allah dan menggugah sekaligus mengubahdunia.



A. Paulus Pribadi yang Cerdas



35. Paulus lahir di Tarsus. Kota Tarsus berada di luar Palestina.Orang Yahudi yang tinggal di sana biasa disebut Yahudi diaspora.Tarsus merupakan kota yang unggul dalam pengembangan budaya Yunaniatau yang sering disebut Helenisme. Penduduk kota ini berasal dariberbagai ras dan budaya. Orang-orang yang tinggal di sana umumnyaterpelajar. Paulus mendapat pendidikan dalam hukum Taurat dan agamaYahudi dari Gamaliel (lih. Kis 22:3). Jadi masa muda Paulus adalahmasa untuk belajar menjadi dewasa dan beriman.



36. Paulus pun berkembang menjadi pribadi yang cerdas, setia mencaridan memperjuangkan imannya. Ia maju dalam agama Yahudi dan budayaYunani. Ia terampil dalam menulis surat, mengajar, terlibat dalamperdebatan-perdebatan. Paulus juga selalu berkobar-kobar dalammewartakan dan membela iman sebagai keyakinan yang benar dan mulia. Disamping cerdas dalam berpikir dan berkata-kata, ia mengerti sepenuhnyabagaimana cara mewujudkan gagasan menjadi tindakan yang efektif.Tindakan ini selalu mengarah pada pembentukan komunitas/jemaat orangberiman.



B. Paulus mencari kepenuhan iman

37. Sebelum mengimani Yesus Kristus Saulus adalah seorang Yahuditulen. Saulus berasal dari suku Benyamin, yang berarti ia adalah orangIbrani asli. Bahkan tentang ketaatan terhadap Taurat, ia adalah orangFarisi. Militansinya ditampakkan pada pilihannya untuk menganiayajemaat (Flp 3:4 6). Itulah Saulus, seorang Laskar Taurat. Di mataSaulus, kesalehan dan kesucian hidup tampak dan ditandai dengan sikaployal kepada Agama Yahudi dan Hukum Taurat Musa. Orang akan memperolehkeselamatan kalau melaksanakan seluruh hukum Taurat dengan tepat.Saulus menganggap bahwa orang Yahudi-Kristen tidak setia pada HukumTaurat dan ini dapat melemahkan Yudaisme dari dalam. Ia juga tidakhabis pikir mengapa orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah mesiaspadahal Yesus sudah mati di salib. Begitu kukuh sikap Saulus sehinggahatinya berkobar-kobar untuk menangkap dan menganiaya murid-muridTuhan. Ia meminta surat kuasa dari Imam Besar yang akanditunjukkannya kepada majelis Yahudi di Damsyik. Dengan bekal suratkuasa dari Mahkamah Agama ia berangkat ke Damsyik bersama denganrombongannya oleh karena getaran panggilan suci yang sama pula, yaitumenjaga kemurnian Agama Yahudi dan kesucian Kitab Taurat Musa. Saulusakan menangkap baik laki-laki maupun perempuan yang mengikuti jalanTuhan untuk dibawa ke Yerusalem (Kis 9:1 2).

38. Dalam perjalanannya ke Damsjik Saulus mengalami perjumpaan denganYesus yang menjadi awal perubahan dalam hidupnya (Kis 9). Perjumpaandengan Yesus yang bangkit sangat mengusik dan menggoncang hati Paulus.Dalam Kis 9:9 dikatakan, "Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dantiga hari lamanya ia tidak makan dan minum." Ia pun mendapat kasihkarunia Allah melalui Ananias utusan-Nya sehingga ia dapat melihat,bangun dan dibaptis (lih. Kis 9:18). Pengalaman perjumpaan inimengubah hidup Paulus; dari seorang penganiaya jemaat ia menjadipewarta Kristus sang Mesias (Kis 9:22). Ia yang semula berkiblatkepada Taurat, kini menjadikan Kristus arah hidupnya. Ia yang dahuluyakin bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan melakukan Hukum Tauratsecara tepat kini ia mengalami bahwa keselamatan itu telah terpenuhidalam diri Yesus yang wafat dan bangkit. Ia yang dulu hidup denganberpegang pada Yudaisme, sekarang mengarahkan dirinya kepada YesusKristus sebagai pegangan hidupnya. Inilah pengalaman akan Allah.Paulus mengalami kasih Allah dalam diri Yesus yang wafat dan telahbangkit. Kasih Allah itu begitu besar sehingga Ia tidak menuntut balasdan menghukum Paulus yang telah menganiaya-Nya. Paulus mengalami karyapenyelamatan Allah. Ia menemukan dirinya berada di tangan Allah danmenjadi sadar sepenuhnya akan penyelenggaraan ilahi dalam seluruhhidupnya.



C. Paulus Rasul Penggugah Dunia

39. Bagi Paulus, pengalaman perjumpaan dengan Yesus yang bangkitmenjadi pengalaman perutusan. Yesus yang dia benci dan parapengikut-Nya dia aniaya, mendatangi Paulus dengan penuh kasih."Tetapibangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu,apa yang harus kauperbuat." (Kis 9:6). Yesus tidak membalas kekejamanPaulus terhadap pengikut-Nya. Ia bahkan memilih Paulus menjadi salahsatu utusan-Nya. Setelah menyepi selama sekitar 7 tahun, Paulus makinterikat pada Yesus. Ia pun mengatakan bahwa "telah ditangkap olehYesus Kristus" (Flp 3:12). Ia menjadi sosok yang penuh komitmen dalammewartakan hidup yang berakar dan berdasar pada Kristus. (Bdk. Kis 9;Ef 3:17).



40. Pewartaaan Paulus mengembangkan kekristenan. Umat Kristenberkembang menjadi gerakan keagamaan baru dengan Kristus sebagaipusatnya. Agama Kristen kemudian dikenal oleh kalangan yang lebihluas hingga melintasi batas-batas geografis dan kultural. Paulusmenjalankan karya kerasulannya dengan cara-cara baru yang brilian,inkulturatif, dan kontekstual (bdk. Kis 17:22-25), serta melibatkansemakin banyak orang. Hal ini mengungkapkan secara impresif sosokPaulus yang tak pernah kehabisan akal dan mengusahakan segala sesuatusampai tapal batas paling depan (bersemangat frontier).



41. Melalui pewartaan Paulus Kekristenan menjadi semakin dinamik danrelevan dalam lapangan kehidupan manusia. Ini semua terjadi karenatalenta-talenta Paulus tidak hanya tinggal menjadi potensi, tetapisungguh diusahakan untuk menjadi aksi. Paulus menjadi sarana yangterhubung efektif dengan Allah supaya "semakin melimpahnya ucapansyukur bagi kemuliaan Allah" (2Kor 4:15) di tengah kehidupan manusia.Pewartaan iman Paulus akan kasih Allah dalam diri Yesus ini sungguhmenggugah dunia. Hal ini bukan hanya berasal dari kemampuan akal budiPaulus, tetapi terutama berkat kasih karunia Allah yang ditangkapdalam keheningan batinnya.



IV. Melibatkan Orang Muda dalam Pengembangan Hidup Beriman



42. Umat Allah Keuskupan Agung Semarang bertekad untuk ikut sertamembangun habitus baru bangsa. Upaya itu dilaksanakan dalam Keluargasebagai basis hidup beriman (tahun 2007), dalam diri anak dan remaja(tahun 2008) dan dalam diri orang muda (tahun 2009) dengan melibatkanmereka untuk pengembangan umat. Agar orang muda katolik semakinberperan dalam hidup menggereja dan bermasyarakat, dibutuhkanpola-pola pelibatan dan pengembangan orang muda yang sungguhdilaksanakan dengan setia.



A. Ruang lingkup Pelibatan



a. Pengalaman akan Allah



43. Dasar dari perutusan dalam Gereja ialah pengalaman akan Allah yangmemanggil. Sebagaimana Paulus yang mendasarkan perutusannya padapengalaman ditangkap oleh Kristus, keterlibatan orang muda dalamkehidupan umat juga perlu didasarkan pada pengalaman akan Allah yangmenyapanya melalui Yesus Kristus. Untuk itu, orang muda perlumengembangkan perjumpaan dengan Allah, supaya semakin menghayatiperutusannnya sebagai perutusan dari Allah. Pengalaman akan Allahmemang dapat dicari, namun terutama ini merupakan rahmat dari Allahsendiri. Pencarian dapat dilakukan dengan mempelajari dan mendalamiseluruh keyakinan imannya. Sebagaimana Paulus berusaha mencarikepenuhan rahmat keselamatan Allah, orang muda perlu mengembangkankemauan untuk belajar dan mempelajari imannya. Mempelajari imanbukanlah sesuatu yang kuno dan sok suci. Ini yang akan menjadi pondasidasar hidup kita di dunia. Namun kita sadar bahwa tidaklah cukupmengandalkan usaha manusiawi. Pengalaman akan Allah juga merupakanrahmat. Sebagai rahmat, pengalaman itu perlu dimohon. Manusia perlumengosongkan diri dan hadir sebagai ciptaan yang mengandalkan karyaAllah supaya Allah sendiri mengisi pengalamannya. Untuk menggapai halini diperlukan keheningan. Keheningan bukan sekedar tidak bersuaraatau diam, namun juga sampai masuk pada batinnya sendiri dan sampaipada kesatuan erat dengan Allah. Banyak hal besar lahir dalamkeheningan.



44. Secara konkret pengembangan pengalaman akan Allah dapat dilakukandengan belajar mendengarkan Sabda Tuhan yang tertulis dalam KitabSuci. Keakraban orang muda dengan Sabda Tuhan yang tertulis dalamKitab Suci akan membuat orang muda semakin mampu menyelamikehendak-Nya. Pengalaman akan Allah juga dapat dipupuk dengan doa-doa,terutama melalui liturgi, khususnya S. Ekaristi, "puncak dan sumberpengungkapan iman Gereja" (LG 11). Melalui keikutsertaan secara aktifdalam perayaan Ekaristi yang dimahkotai dengan menyambut Kristus yanghadir dalam S. Ekaristi, orang muda dapat semakin merasakan kasihAllah yang memberikan diri bagi manusia dan mengundang manusia untukterlibat dalam perutusan-Nya. Cinta akan Ekaristi dapat dipupuk dengananeka devosi S. Ekaristi khususnya melalui Adorasi pada S. Maha Kudus.Dengan demikian, melalui S. Ekaristi Allah dialami sebagai Allah yangmengasihi manusia dan mengutus manusia untuk berbagi kasih dengansesamanya.



b. Diri Pribadi



45. Orang muda perlu terlibat dan akrab dengan dirinya sendiri.Keterlibatan dan keakraban ini perlu untuk mencapai karakter danjatidirinya sebagai orang katolik sehingga mampu mengarungi duniadengan mandiri dan bertanggungjawab. Hal ini menjadi mendesak kalakita sadari bahwa dunia mengeliligi orang muda dengan tawaran-tawaranyang berebut untuk menarik orang muda menjadi "penganut"nya.Kenyataan ini seringkali membuat orang muda ada dalam situasi ambang,bahkan tidak jarang mengalami kesepian dan mencoba melarikan diri padahal-hal yang negatif.



46. Pertama-tama keterlibatan dan keakraban itu dijalankan denganmasuk di dalam dirinya dan meyakini bahwa hidupnya adalah anugerahAllah. Keyakinan tersebut akan menggerakkan setiap pribadi untukmenanggapi anugerah Allah itu dalam ungkapan maupun perwujudanimannya. Karenanya seseorang dapat bersyukur sekaligus menghargaihidupnya dan berusaha untuk menjaga kehidupan. Orang muda perlumensyukuri aneka keistimewaan dan talenta yang dianugerahkan Tuhankepadanya. Keberanian untuk menemukan keistimewaan hidupnya merupakanbekal dasar untuk melangkah.Talenta dan keistimewaan ini perluditumbuhkembangkan dengan keberanian untuk bereksplorasi, membangunkreasi dan refleksi supaya semakin terampil dalam mengarungi dunia.Maka di sini orang muda diundang untuk belajar dan belajar agarmencapai sesuatu yang lebih dalam kerangka karya penyelamatan Allah.Orang muda juga diundang untuk berani mengakui kekurangan-kekuranganyang ada dalam dirinya. Pengakuan ini akan membantu dirinya untukterbuka pada rahmat Allah yang menyempurnakan, pada bantuan orang lainserta mendorongnya untuk terus berusaha mengatasi kekurangan yang ada.



47. Keterlibatan pada pribadi ini dapat dilakukan setiap saat dalamkeseharian orang muda. Baik kalau setiap hari orang muda dapatmenyediakan waktu hening barang 15-30 menit untuk mengendapkan danmerefleksikan seluruh perjalanan selama sehari.



c. Keluarga



48. Keluarga merupakan basis untuk mengembangkan hidup beriman danketerlibatan hidup beriman orang muda. Keluarga dibangun atas dasariman akan Allah yang menghendaki hadirnya persekutuan cinta antaralaki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinan. Karena itu keluargamenjadi media dasar untuk mengembangkan iman dan cinta. Setiap pribadiperlu merasakan cinta dalam keluarga sekaligus menjaga cinta itu tetaphidup dalam keluarga. Dengan demikian imannya kepada Allah sang sumbercinta akan diteguhkan. Cinta mengandaikan kerelaan untuk berbagibahkan berkorban. Cinta selalu mempunyai dimensi sosial. Seseorangyang hidup dalam cinta akan mudah berbagi cinta pada yang lain.Keluarga menjadi ruang pertama bagi sosialisasi cinta seorang anakmanusia. Keterlibatan dalam lingkup ini menuntut orang muda untukselalu menghidupkan komunikasi iman dan cinta yang dialogis danmendalam di antara anggota keluarga. Maka perlulah kiranya orang mudadan setiap anggota keluarga mempunyai waktu untuk bertemu, berbagipengalaman dan berdoa bersama agar saling meneguhkan iman dan cintasetiap anggotanya. Kita mengubah kebiasaan, "maaf tidak adawaktu"menjadi "aku ada waktu untukmu".



d. Gereja



49. Gereja merupakan persekutuan orang beriman pada Yesus Kristus yangwafat dan bangkit. Persekutuan ini mengandaikan interaksi yangmendalam setiap orang di dalamnya. Dalam Gereja kita mewarisi imanpada Bapa, Putera dan Roh Kudus; sebagai Gereja kita menyuburkan iman. Maka tidaklah benar kalau dikatakan, "Gereja No, Yesus Yes" ataubahkan dengan salah dikatakan "Yesus Yes, Kristianitas No". Iman akanYesus yang wafat dan bangkit adalah iman Gereja. Tidak dapatdibayangkan mengimani Yesus yang seperti itu tanpa iman Gereja danmelepaskan diri dari kesatuan dengan Gereja. Persekutuan iman inidibangun atas dasar warisan iman sebagaimana tertulis dalam Kitab Sucidan dirumuskan dalam ajaran-ajaran Gereja, diungkapkan dalam anekaperayaan liturgi, serta diwujudkan melalui aneka kegiatan bersama danketerlibatan dalam masyarakat. Setiap anggota Gereja diundang untukikut terlibat dan bertanggungjawab atas kehidupan Gereja dan bukansebagai penonton yang dapat meninggalkan persekutuan bila tidak suka.Keterlibatan setiap anggota menentukan gerak dan arah kehidupanGereja.



50. Orang muda perlu terlibat aktif dalam seluruh keprihatinan Gereja.Keterlibatan itu dapat diwujudkan dengan menjadi salah satu pengurusGereja entah tingkat lingkungan, wilayah ataupun paroki, maupun dalamaneka macam kegiatan yang ada. Peran serta orang muda dapat puladilaksanakan dengan menghidupkan komunitas-komunitas orang muda maupunterlibat dalam kegiatan lingkungan, wilayah maupun paroki. Kehadirandan sumbang sih orang muda akan memberikan warna bagi gerak hidupGereja.



e. Panggilan hidup sebagai imam, bruder dan suster



51. Dalam rangka keterlibatan orang muda dalam pengembangan hidupumat, pantaslah dipertimbangkan pula panggilan hidup sebagai imam,bruder dan suster. Perkembangan umat Allah Keuskupan Agung Semarangdiwarnai dengan tumbuh suburnya panggilan menjadi imam, bruder dansuster, baik yang bekerja di Keuskupan Agung Semarang maupun merekayang bekerja di wilayah Keuskupan lain di Indonesia. Bahkan tidaksedikit imam, bruder dan suster yang berasal dari Keuskupan AgungSemarang menjalankan perutusan di luar negeri. Inilah salah satusumbangan Keuskupan Agung Semarang bagi Gereja pada umumnya. Merekainilah orang-orang yang tertangkap oleh Kristus dan mau membaktikanhidupnya bagi Gereja. Oleh karena itu, dalam rangka pencarian jatidiripantaslah orang muda mempertimbangkan kemungkinan untuk menanggapipanggilan Tuhan sebagai imam, bruder dan suster dalam Gereja.



f. Masyarakat



52. Orang muda hidup dalam masyarakat yang sedang berubah. Perubahanmasyarakat sebagai akibat globalisasi membawa dampak positif tetapisekaligus negatif bagi kehidupan bersama. Dalam situasi seperti iniorang muda diundang untuk aktif mengubah dan menggerakkan kehidupanmasyarakat menuju tatanan dunia yang adil dan damai. Dengan demikianorang muda ikut serta dalam karya Kristus untuk menghadirkan KerajaanAllah di dunia ini. Karena itu tidak dapat tidak orang muda mestiberperan serta dalam perjuangan untuk menegakkan keadilan dankebenaran serta melestarikan keutuhan ciptaan. Keterlibatan padamasyarakat ini menjadi perwujudan dari imannya.



53. Keterlibatan ini perlu dibangun sejak dini dan dalam relasi yangmendalam dengan semua pihak yang berkehendak baik. Ada banyak wadahyang membantu keterlibatan ini sejak dini, misalnya gerakan kepanduanatau pramuka, karangtaruna. Sekarang ini pun tumbuh aneka macamgerakan orang muda yang menaruh perhatian pada keadilan sosial dankemasyarakatan. Gerakan-gerakan peduli lingkungan hidup yang saat iniberkembang pantas untuk dilibati, karena di dalam komunitas ituterkumpul orang-orang dari berbagai agama, suku dan ras. Selain itujuga gerakan lintas iman dapat menjadi salah satu alternatif yangpatut untuk diikuti.



54. Pantas disyukuri bahwa banyak orang muda katolik yang pedulidengan persoalan-persoalan sosial. Kala gempa menimpa Yogyakarta danKlaten dan banjir melanda eks karesidenan Surakarta dan Pati, ribuanorang muda terlibat sebagai relawan. Selain itu tidak sedikit pulaorang muda katolik yang aktif dalam kelompok-kelompok sosialkemasyarakatan yang peduli pada dialog agama, lingkungan hidup,pembelaan hak asasi manusia, budaya dan lain-lain.



B. Langkah-langkah Pelibatan



a. Data orang Muda



55. Pertama-tama, perlulah diperhatikan data mengenai orang muda. Dataakan sangat berguna untuk melihat seberapa besar keterlibatan orangmuda dan langkah-langkah apa yang dapat dilakukan. Data tersebut dapatmeliputi jumlah orang muda, minat yang sedang berkembang, siklusaktivitas mereka. Siklus aktivitas menjadi penting karena kebanyakanorang muda masih dalam masa studi. Akan sangat sulit melibatkan merekabila mereka ada dalam masa aktif studi, apalagi bila sedang menghadapiujian.



b. Fokus Pelibatan



56. Setelah menemukan data, ditentukan fokus. Fokus akan menjadikerangka besar bagi pelibatan orang muda. Fokus yang jelas akanmemudahkan pengukuran tingkat keberhasilannya. Pemilihan fokus iniakan lebih berhasil guna bila sejak awal orang muda diajak untukterlibat dalam proses pemilihannya. Sebagai sebuah contoh, sejak akhirtahun 2002 Komisi Kepemudaan KAS mengambil fokus pendampingan padapembangunan karakter, pembangunan komunitas dan pembentukanspiritualitas orang muda KAS. Sekarang ini orang mudah untuk berubah,atau pun beralih dari satu hal ke hal lain. Tidak adanya fokus akanmengombang-ambingkan karya pastoral ini. Fokus yang jelas akan menjagakonsistensi karya sekaligus memudahkan penentuan metode dan aktivitasyang tepat.



c. Mengatur langkah-langkah



57. Langkah-langkah merupakan kendaraan menuju tujuan yang diharapkansekaligus menjadi perwujudan dari fokus yang telah dipilih.Langkah-langkah perlu dibuat secara terinci dengan memperhitungkankemungkinan untuk menjangkau sebanyak mungkin orang sekaligus mampudiwujudkan oleh orang muda dan pribadi-pribadi yang terlibat.



d. Menentukan metode dan aktivitas



58. Ada banyak sekali metode dan aktivitas yang dapat dimanfaatkanuntuk pelibatan ini. Contohnya retret, rekoleksi, ceramah, outbound,training, workshop, pertemuan-pertemuan kelompok doa, pentas seni,teater, diskusi, sharing dll. Metode ini dipilih dan diwujudkan dalamaneka aktivitas yang sesuai dengan kapasitas dan minat orang muda



e. Memberi Kesempatan



59. Kesempatan merupakan masa yang ditunggu oleh orang muda. Bila adakesempatan orang muda akan menghasilkan sesuatu yang melebihiperkiraan. Untuk itu ada dua catatan penting. Pertama, perlunyamemberi ruang pada orang muda untuk mengembangkan imaginasi (=kemampuan untuk merangkai impian dan harapan), eksplorasi (=daya untukmenjelajahi segala sesuatu yang diperlukan), kreasi (=gerak untukmemulai mencipta sesuatu yang baru atau memodifikasi hal-hal yangsudah ada) dan refleksi (=proses pembatinan seluruh aktivitas yangdilalui). Kedua, diperlukan kerelaan untuk hadir, menemani danmendampingi tanpa memaksakan kehendak.



C. Pendampingan



60. Pendampingan dan penyertaan menjadi hal yang mutlak penting. Untukdapat mewarisi estafet pengelolaan dan pengembangan Gereja, orang mudamasih membutuhkan pribadi-pribadi yang bersedia untuk menemani orangmuda menemukan pemahaman yang baik dan penerapan yang sesuai denganzamannya. Pendampingan yang diupayakan kiranya lebih bersifat menjaditeman dan partner dialog atau mentor bagi orang muda. Dengan demikian,orang muda dapat belajar dari anggota Gereja yang aktif danbertanggungjawab.



61. Melalui proses pendampingan dan kesempatan untuk terlibat, orangmuda dapat menimba pengetahuan yang pada gilirannya akan berguna bagimereka dan Gereja sendiri. Demi pengembangan pemahaman mengenaiseluk-beluk iman kristiani sendiri, perlulah kiranya kepada orang mudaini ditawarkan wacana-wacana, baik yang berkaitan langsung dengan imanmaupun yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan,yang dapat digunakan oleh orang muda untuk berbuat lebih nyata sebagaibagian dari Gereja.



62. Prinsip utama yang perlu diperhatikan kiranya adalah kerjasamadialogis antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan, baik itu antaraorang muda dengan Dewan Paroki atau yang lain. Dalam dialog tersebut,diharapkan orang muda dapat mengutarakan maksud kegiatan yangdimiliki, dan para penyandang dana pun mengetahui tujuan darikegiatan-kegiatan yang dilakukan orang muda. Harapannya, muncul sebuahgerakan yang sinergis sebagai upaya estafet pengelolaan danpengembangan Gereja itu sendiri.



63. Dalam pendampingan baik kalau dicatat apa yang pernah disepakatidalam Temu Raya Orang Muda KAS th. 2005. Dalam temu raya itudisepakati perlunya keterlibatan orang muda dalam dunia pendidikan,politik, lingkungan hidup dan perekonomian. Pertama, menciptakankesadaran pada orang muda akan pentingnya pendidikan demi hidup denganmengelola semua kegiatan dalam kerangka reflektif (pembatinan,pemaknaan dan mencari arti kehidupan serta bertindak secarabertanggungjawab.) Kedua, perlunya pembelajaran politik yangberkelanjutan dengan menyelenggarakan pelatihan politik. Ketiga,membangun kesadaran orang muda terhadap lingkungan hidup denganmenyelenggarakan berbagai macam pembekalan kecintaan pada lingkunganhidup. Keempat, pembentukan karakter orang muda dalam berekonomidengan menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan danpembekalan-pembekalan dalam bidang ekonomi. Selain itu pantas jugadiperhatikan kesepakatan Pertemuan Nasional Orang Muda Katolik diCibubur tahun 2005. Dalam pertemuan itu orang muda bersepakat untukterlibat dalam pelestarian lingkungan, menolak korupsi danmengembangkan pendidikan nilai.



V. Sapaan Pastoral



A. Orang muda



64. Upaya Umat Allah Keuskupan Agung Semarang untuk ikut sertamembangun habitus baru dalam diri orang muda dengan melibatkan merekauntuk pengembangan umat hanya akan terlaksana bila orang muda sendiriberperanserta sebagai subyek aktif. Oleh karena itu, orang mudadiundang untuk berani masuk dalam kedalaman pribadi baik dalamhubungannya dengan diri sendiri, sesama dan Allah, serta mengalamiAllah dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini banyak keterlibatan orangmuda yang pantas dipuji dalam kehidupan menggereja, entah denganketerlibatan dalam komunitas orang muda, dalam pelayanan-pelayananliturgis maupun pelayanan-pelayanan karitatif. Tak tertutup pulakemungkinan keterlibatan orang muda dalam pengembangan umat denganmenanggapi panggilan Tuhan sebagai imam, bruder dan suster.



65. Keterlibatan orang muda dalam pelayanan di masyarakat, entahmelalui gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan, gerakan-gerakan cintalingkungan maupun dalam gerakan-gerakan sosial-politik pantaslahdisyukuri. Namun tetap disadari bahwa perutusan Gereja untukmenghadirkan Kerajaan Allah yang memerdekakan belumlah selesai. Kaummuda diundang untuk lebih aktif dalam pengembangan komunitas-komunitaspengharapan, baik di lingkup paroki maupun di lingkup masyarakat dalamkerjasama dengan mereka yang berkehendak baik. Secara khusus pantaslahsapaan ditujukan pada orang-orang muda yang tinggal di paroki-parokipedesaan, orang-orang muda petani, yang dengan rela hati mengembangkankehidupan pertanian sebagai komunitas alternatif di tengah kemajuanzaman. Upaya-upaya mereka pantaslah dipuji dan didukung agarparoki-paroki pedesaan dan dunia pertanian pada umumnya tidaklahditinggalkan orang.



B. Orang Tua



66. Diharapkan para orangtua mendampingi anak-anaknya untuk mencapaijatidirinya, imannya. Orangtua perlu mendorong anak-anaknya untukterlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Orangtua menjaditeladan bagi orang muda untuk menemukan hidup, merasakan cintasekaligus bersosialisasi. Maka baik kalau orang tua berusahasedemikian rupa menyediakan ruang dan waktu untuk berkomunikasi dengananak-anaknya, baik dari sekedar cerita-cerita pengalaman harian sampaidengan komunikasi iman.



C. Rama Paroki dan Pengurus Dewan Paroki hingga wilayah dan lingkungan



67. Para Rama Paroki dan Pengurus Dewan Paroki serta pengurus wilayahdan lingkungan diundang untuk memberi kesempatan bagi kiprah orangmuda, remaja dan anak-anak. Diharapkan bahwa pengurus paroki memberikesempatan bagi orang muda terlibat dalam aneka kegiatan. Kesempatanyang diberikan harus dilengkapi dengan kepercayaan, pendampingan dankerjasama yang baik. Perlu juga dipikirkan dalam program kerja DewanParoki program kaderisasi orang muda sehingga tersedia rasul-rasulKristus yang setia dan berani mewartakan kabar gembira Injil Tuhan.



D. Pendamping Orang muda



68. Para teman muda yang terlibat dalam pendampingan orang mudadiharapkan dapat menjadi 'teman seperjalanan' dan dapat menyebut 'akuada untuk kamu'. Semoga para pendamping dapat menemani dan menghantarorang muda menemukan iman dan jatidirinya. Mengingat dinamika orangmuda perlu pula untuk mengembangkan metode-metode pendampingan orangmuda yang selaras dengan kebutuhan mereka.



E. Aktivis Komunitas-komunitas orang muda



69. Sekarang ini bermunculan organisasi-organisasi maupunkomunitas-komunitas yang banyak diminati orang muda.Komunitas-komunitas ini diharapkan dapat saling mengembangkan asah,asih dan asuh satu sama lain. Organisasi dan komunitas yang ada dapatmenjadi sarana belajar yang mengantar orang muda pada penemuan danpengalaman akan Allah. Komunitas-komunitas orang muda diharapkanmampu berjejaring dengan komunitas-komunitas yang lain. Hal itu akansemakin menampakkan Gereja sebagai communio yang hidup.Komunitas-komunitas kaum muda dapat memanfaatkan sarana-sarana yangtelah disiapkan oleh Keuskupan untuk orang muda seperti Youth CenterKAS di Salam, Arena Pengembangan Kaum Muda (APKM) di Jl. Kaliurang Km.23, Camping Ground di Gua Maria Kerep, Wisma Wijaya Kusuma di Kopengdan Pastoran Tawangmangu.



F. Para pekerja media massa



70. Dunia sekarang banyak dipengaruhi oleh media massa. Tidak jaranghal yang disampaikan oleh media massa menjadi pencitraan diriorang-orang yang membaca, mendengar atau juga melihatnya. Para pekerjamedia masa diharapkan membantu pencitraan orang muda yang beriman danmau memperjuangkan hidupnya, mandiri, bertanggungjawab, solider, jujurdan selalu memperjuangkan keadilan dan kebenaran.


G. Pengelola Rumah-rumah pembinaan kaum muda
71. Keuskupan Agung Semarang menyediakan tempat, fasilitas danfasilitator bagi orang muda. Selain itu banyak pula rumah-rumahpembinaan yang disediakan oleh tarekat-tarekat dan para awam. Parapengelola rumah-rumah pembinaan diharapkan bersedia mengembangkanmateri dan metode pendampingan yang dibutuhkan selaras dengan imankristiani dan mampu menampilkan ciri kekatolikan.
H. Penyelenggara Pendidikan Katolik
72. Sekolah, Akademi dan Universitas Katolik merupakan lembaga formalyang terpanggil untuk mendidik orang muda. Dengan kekatolikan yangdisandang, penyelenggara pendidikan katolik perlu untuk terus menimbadan menampilkan semangat Yesus Kristus sebagai guru utama. Makapendidikan yang ditawarkan perlu mengantar peserta didik untuk sampaipada kematangan iman dan kedewasaan pribadi.
I. Para Rama, biarawan dan biarawati
73. Orang muda sedang dalam proses pencarian jatidirinya. Merekaterbuka akan panggilan hidup sebagai imam, bruder dan suster.Kehadiran dan kepedulian para imam, biarawan dan biarawati di antaraorang muda akan memberikan gambaran tentang panggilan khusus di dalamhidup mereka. Maka baik kiranya para rama, biarawan dan biarawatiuntuk selalu menjaga komunikasi yang mendalam dengan orang muda denganberani hadir dan menjadi teman bagi orang-orang muda.
J. Para seniman dan pengembang musik
74. Sekarang ini banyak seniman dan musikus berminat mengembangkan danberusaha menghidupkan liturgi dan kehidupan beriman orang katolik.Para seniman dan musikus diharapkan senantiasa mengembangkan musikkatolik (pengembangan khasanah lagu-lagu rohani dan liturgi) sertapelbagai bentuk kegiatan seni yang menjadi wadah kreativitas orangmuda.
K. Pengelola asrama dan tempat kos
75. Pengelola asrama diharapkan mengelola asrama menjadi media yangkondusif bagi pengembangan iman dan kedewasaan setiap pribadi yangtinggal di sana. Baik juga sekiranya disediakan pendampingan yangberkesinambungan. Demikian pula para pengelola tempat kos diharapkanuntuk menekankan dan menjaga norma-norma masyarakat dan tentunyanorma-norma katolik kepada anak kosnya.
Penutup
76. Demikianlah catatan-catatan pemikiran yang dikembangkan untukmelibatkan orang muda untuk pengembangan umat. Catatan-catatan inibukanlah pedoman baku namun merupakan bahan pembelajaran bersama.Akhirnya terima kasih pada semua pihak, khususnya pada orang muda yangtelah terlibat aktif dalam menggugah dunia serta mengembangkan hidupberiman. Semoga tahun ini menjadi tahun kebangkitan orang muda untukterlibat aktif dalam menggugah dunia dan mengembangkan hidup beriman.Marilah kita berpegang pada keyakinan iman kita bahwa "Allah yangmemulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya" (bdk. Flp1:6).
DAFTAR PUSTAKA
Amaladoss, Michael, (1995), Globalization and Mission" dalamJeevadhara 25, 1995, hlm. 59.Banawiratma, JB, SJ dan Muller, J, SJ, (1993), Berteologi SosialLintas Ilmu: Kemiskinan sebagai Tantangan Hidup Beriman, Yogyakarta:Kanisius.Beth Jones, Laurie, (1997), Yesus Chief Executive Officer, Jakarta: Mitra Utam.Dewan Karya Pastoral KAS, Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2006-2010.Fox, Thomas, C., (2003), Pentecost in Asia: A New Way of Being Church,Quezon City: Claretian Publications.Groenen, C, OFM, (1984), Pengantar ke dalam Perjanjian Baru,Yogyakarta: Kanisius.Hardawiryana, R, SJ, (Ed.). (1993), Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: Obor.Harvey, David, (1990), The Condition of Postmodernity, Oxford: Basil Blackwell.Held, David. (2000), Global Transformation, Cambridge: Polity.Hollenbach, David, (2003), The Global Face of Public Faith,Washington: Georgetown University Press.Komisi Internasional untuk Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan,(2001), Buku Pegangan bagi Promotor Keadilan, Perdamaian, dan KeutuhanCiptaan, Yogyakarta: Kanisius.Komisi Kepemudaan KAS, (2006), Dari Temu Raya sampai SAGKI, dalam YCNews.Komisi Kepemudaan KAS,(2004), Membangun Komunitas yang Berdaya Pikatdan Berdaya Tahan, Salam, Youth Center KAS.Komisi Kepemudaan KWI, (1999), Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda, Jakarta:KWI.Konferensi Wali Gereja Indonesia, (2006), Bangkit dan Bergeraklah,dalam dokumentasi Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 2005, Jakarta:Obor.Sam Gregg, Globalization and the Insights of Catholic Social Teaching,dalam http://www.acton.org/publicat/m_and_m/2001_spring/gregg.htmlShelton, Charles M, SJ, (1988), Moralitas Kaum Muda: BagaimanaMenanamkan Tanggungjawab Kristiani, Yogyakarta: Kanisius.Sindhunata, (1983), Dilema Usaha Manusia Rasional, Jakarta: Gramedia.Sindhunata, (2003), Dilema Globalisasi, Basis 1-2, Januari-Februari.Suharyo, I, (2004), Komunitas yang Belajar Bersama dan Berharap,Basis 5-6, Mei-Juni, hlm. 52-53.Susan George,(2003), The Lugano Report: On Preserving Capitalism inthe Twenty-first Century, London: Pluto. Dikutip oleh Bernhard Kieserdalam karangannya "Marginalisasi Memacu Kesadaran Umum," dalam Basis5-6, Mei-Juni 2004, hlm. 40Tirimanna, Vimal, Catholic Theology in Asia: Challenges and NewDevelopments, dalamhttp://www.uni-tuebingen.de/INSeCT/cd/asia-tirimanna.html
CATATAN
1. Komisi Kepemudaan KWI, Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda, Jakarta,KWI, 1999, hlm. 42. Bdk. Sindhunata, Dilema Usaha Manusia Rasional, Jakarta: Gramedia, 19833. Mengenai situasi ini, misalnya kita tinjau pandangan Susan Georgedalam karyanya The Lugano Report. Dikutip oleh Bernhard Kieser dalamkarangannya "Marginalisasi Memacu Kesadaran Umum," dalam Basis 5-6,Mei-Juni 2004, 40 dari buku: Susan George, The Lugano Report: OnPreserving Capitalism in the Twenty-first Century, London: Pluto, 20034. Diambil dari J.B. Banawiratma, SJ dan J. Muller, SJ, BerteologiSosial Lintas Ilmu: Kemiskinan sebagai Tantangan Hidup Beriman,Yogyakarta: Kanisius, 1993, hlm. 1275. Lih. David Harvey, The Condition of Postmodernity, Oxford: BasilBlackwell, 1990, 240-259. Bandingkan keterangan dari David Harveytersebut dengan konsepsi time-space distanciation dari Anthony Giddensdalam bukunya: The Consequences of Modernity (ibid.). Adapun konsepde-teritorialisasi dan trans-nasionalisme diungkapkan oleh Ulrich Beckyang dikutip Sindhunata dalam karangannya "Dilema Globalisasi," dalamBasis 1-2, Januari-Februari 2003, 66. Bdk. ibid.7. Lih. David Hollenbach, The Global Face of Public Faith, Washington:Georgetown University Press, 2003. Lih. pula dan bdk. David Held,Global Transformation, Cambridge: Polity, 2000, 17.8. Gaudium et Spes art. 19. Gaudium et Spes art. 410. Gaudium et Spes art. 1011. Sam Gregg, "Globalization and the Insights of Catholic SocialTeaching," dalamhttp://www.acton.org/publicat/m_and_m/2001_spring/gregg.html12. Mater et Magistra art. 313. Mater et Magistra art. 5914. Pacem in Terris art. 13015. Iustitia in mundo art. 6
==========================================
Teladan bagi kaum muda Katolik


BEATO GIORGIO FRASSATI

“Dalam masa sulit yang harus dijalani Negara kita kita umat katolik khususnya para pelajar, memikul kewajiban yang serius yang harus diselesaikan: pembentukan diri kita sendiri.Kita, yang dengan rahmat Allah adalah umat katolik… harus membajakan semangat kita dalam peperangan yang pasti harus kita terjuni untuk menyelesaikan rancangan kita dan mempersembahkan kepada negara kita, dalam waktu yang tidak lama lagi, hari-hari yang bahagia dan masyarakat yang sehat moralnya, namun untuk dapat mencapainya kita harus terus menerus berdoa untuk menerima dari Allah rahmat yang tanpanya semua doa kita menjadi tidak berguna; penataan dan disiplin agar siap bertindak pada saat yang tepat; dan akhirnya, pengorbanan dalam keterlibatan dan hidup kita, karena tanpa semua itu kita tak dapat meraih cita-cita kita.”

Beato Pier Giorgio Frassati, Turin, Italy, 1922(1901-1925)

Hidup yang menjadi gambaran Kristus.

Kaum muda jaman ini yang mencari teladan akan menemukan orang yang cocok sebagai teladan dalam diri seorang muda yang berkelana yang menggabungkan kasih kepada Kristus, desakan untuk melayani yang membutuhkan, dan misi untuk mewarnai masyarakat dan politik dengan cita-cita Kristiani.
Pier Giorgio Frassati dilahirkan di Turin, Italia pada hari Sabtu Suci, 6 April 1901. Ayahnya, seorang yang tak peduli pada Tuhan, seorang penemu dan pemimpin dari suratkabar liberal, La Stampa, dan berpengaruh dalam politik Italia, melayani sebagai seorang senator, dan akhirnya menjadi dutabesar Italia untuk Jerman. Ia mengembangkan masa mudanya diantara dua perang dunia saat Italia bergolak dan Fasisme berkembang pesat.
Pier Giorgio mengembangkan hidup rohani yang mendalam yang dengan yakin dibagikannya dengan teman-temannya. Pada 1918 ia bergabung dengan paguyuban St. Vincentius de Paul dan mengabdikan banyak waktunya melayani orang-orang sakit dan miskin. Ia memutuskan menjadi insinyur pertambangan sehingga dapat “melayani Kristus dengan lebih baik di antara para buruh tambang”, demikian ia cerita pada temannya. Namun, kegiatannya di sekolah tidak menjauhkannya dari kegiatan sosial.

“Menghayati hidup tanpa iman, tanpa leluhur yang dibela, tanpa perjuangan yang kokoh untuk memperoleh kebenaran, bukanlah kehidupan, melainkan hanya ada.”

Tahun 1919, ia bergabung dalam Federasi Pelajar Katolik dan Partai Populer, sebuah organisasi politik yang memperjuangkan ajaran-ajaran Gereja Katolik. Ia mengembangkan gagasan mempersatukan Federasi Pelajar Katolik dengan Organisasi Pekerja Katolik.
“Karya belaskasih tidak cukup: kita butuh reformasi sosial”, ia berulangkali mengatakannya, sambil melaksanakan keduanya. Ia juga mempersembahkan waktunya untuk membantu menegakkan satu suratkabar Katolik Momento yang berdasarkan pada prinsip-prinsip ensiklik Paus St Leo XIII tentang masalah-masalah sosial dan ekonomi, Rerum Novarum.
Meskipun keluarga Frassati sangat mapan, ayahnya keras dan tak pernah membiarkan kedua anaknya berfoya-foya. Namun kendati hanya memperoleh sedikit uang, Pier Giorgio tetap dapat membantu orang miskin, bahkan menggunakan uang pembeli tiket kereta untuk karya belaskasih dan terpaksa harus pulang ke rumah dengan berlari agar dapat tiba di rumah untuk makan bersama tepat waktu, sebab di rumahnya disiplin dan tepat waktu tak dapat ditawar lagi. Ketika ditanya oleh teman-temannya mengapa ia seringkali menggunakan tiket kereta api kelas tiga ia biasa menjawab dengan tersenyum, “Karena tak ada kelas empat.”
Ketika ia masih anak-anak seorang ibu yang miskin dengan seorang anak laki-laki mengemis di rumah Frassati. Pier Giorgio membuka pintu, dan ketika melihat anak lelaki itu tak bersepatu ia memberikan sepatunya sendiri. Saat naik kelas, ayahnya memberi pilihan hadiah uang atau mobil ia memilih uang untuk diberikan kepada orang miskin. Ia menyediakan satu ruangan untuk seorang perempuan tua yang diusir dari tempat tinggalnya di kawasan kumuh, menyediakan tempat tidur untuk orang yang cacat, merawat tiga anak yang sakit dan janda yang menderita. Ia mempunyai buku catatan yang berisi laporan mendetil pemasukan dan pengeluarannya, dan ketika ia tergeletak tak berdaya menjelang wafatnya, ia memberi aneka pengarahan kepada saudara perempuannya, sambil memintanya untuk mengusahakan terpenuhinya kebutuhan dari keluarga-keluarga yang selama ini tergantung pada karya belaskasihnya. Ia bahkan menyediakan waktu, kendati tangannya hampir lumpuh, untuk menuliskan catatan kepada seorang teman di paguyuban St. Vincentius de Paul yang berisikan aneka petunjuk mengenai kunjungan-kunjungan yang biasa mereka lakukan pada setiap hari Jumat. Hanya Allah yang tahu semua karya kasih ini, ia tak pernah menceritakannya kepada orang lain.
Di Kedutaan Italia di Jerman, ia dikagumi oleh seorang wartawan Jerman yang menulis: “Pada suatu malam di Berlin, dengan temperature dua belas derajad di bawah nol, ia memberikan mantolnya kepada seorang lelaki tua yang kedinginan. Ayahnya menghardiknya, dan ia menjawab dengan sangat sederhana tapi mengena: “Lho, ayah kan tahu, sekarang kan dingin.”
Pier Giorgio juga menghabiskan waktu di pegunungan dengan teman-temannya, mendaki gunung adalah olahraga favoritnya. Toh, selama kegiatan itu, teman-teman mudanya (yang, ironisnya, menamai diri mereka “Orang-orang yang sinis”) dengan semangat berbagi hidup mereka yang inspiratif dan rohani. Di balik senyuman yang nampak pada penampilan pelajar perguruan tinggi yang tak kenal lelah terpancarlah hidup rohani yang mengagumkan. Cinta akan Yesus menggerakkan tindakan-tindakannya. Ia merayakan Ekaristi dan menyambut komuni setiap hari, seringkali menjadi pelayan dalam Misa dan terbenam dalam doa syukur yang lama sesudah Misa.

Ia merasa kuat, desakan misterius untuk dekat dengan Sakramen Mahakudus. Selama adorasi malam hari, ia menghabiskan sepanjang malam berlutut dalam doa yang mendalam. Ia mempengaruhi pelajar-pelajar lain untuk mengikuti retret tahunan yang disediakan oleh perguruan tinggi di bawah pimpinan para Yesuit. Ia suka berdoa rosario, yang praktis bagi setiap keluarga, dan mendoakannya tiga kali sehari sesudah ia bergabung dalam ordo ketiga dari Santo Dominikus.
Ia membuat kebiasaan setiap kali sesudah pulang dari bermain ski, mengunjungi Sakramen Mahakudus, dan mengikuti Misa sebelum berangkat menjelajahi pegunungan-pegunungan. Ia menulis kepada seorang teman, “Saya merindukan suasana pegunungan dan saya berharap dapat menjelajahinya di musim dingin ini saat dapat mendaki Gunung Blanc. Kalau sekolahku mengijinkan, Saya akan menggunakan seluruh hari-hari di pegunungan-pegunungan itu untuk mengagumi keaslian kemuliaan Allah itu.”
Frassati juga dipengaruhi oleh suasana pendidikan yang lebih tinggi dan lingkungan elite kota Turin. Ia sering menikmati opera, teater, dan museum; ia suka seni dan musik dan dapat mengutip setiap ayat dari puisi-puisi dari Dante.
Pada tahun 1922 ia bergabung dalam ordo ketiga Santo Dominikus dengan memilih nama Girolamo yang adalah idola pribadinya, seorang pengkotbah dari ordo Dominikan dan pembaharu dari Renaisance kota Florensia. Kendati mengikuti banyak organisasi, ia bukanlah anggota pasif, ia aktif dan terlibat pada setiap organisasi itu, memenuhi semua kewajibannya sebagai anggota. Pier Giorgio jelas anti fasis dan sangat terbuka dalam pandangan politiknya ini.

“Iman yang dianugerahkan kepadaku dalam pembaptisan mendorongku untuk dengan pasti: dari dirimu sendiri engkau tak dapat berbuat apa pun tetapi kalau Allah menjadi pusat dari tindakanmu, engkau akan mencapai cita-citamu.”

“Orang harus melangkah dan melangkah. Bukan orang-orang yang mengalami kekerasan yang harus takut, tetapi orang-orang yang melakukan kekerasan. Kalau Allah bersama kita, kita tak perlu takut.”
Ketika ikut serta dalam demonstrasi yang digerakkan oleh Gereja di Roma, ia menghadapi kekerasan polisi dan menyelamatkan orang muda dengan menarik poster yang dipukuli oleh polisi. Lalu ia mengangkat poster itu lebih tinggi lagi. Ketika para demonstran itu ditangkap oleh polisi, ia menolak perlakuan khusus yang sebenarnya dapat diterimanya karena kedudukan politis dari ayahnya, dan lebih memilih menanggung nasib bersama teman-temannya. Pada suatu malam satu kelompok fasis mendobrak rumahnya hendak menyerangnya dan ayahnya. Pier Giorgio memukul mereka dan melemparkan mereka ke jalan sambil berteriak, “Bandit!. Pengecut!”
Pada akhir Juni 1925 Pier Giorgio terserang penyakit poliomyelitis yang menurut perkiraan para dokter karena tertular dari orang-orang miskin dan sakit yang ditolongnya. Tak peduli pada kesehatannya sendiri ia merawat seorang nenek yang sedang sekarat, penyakitnya juga cepat berkembang tanpa dapat dicegah lagi saat para dokter menyaksikan betapa ia sudah menjadi sangat lemah. Pier Giorgio wafat pada 4 Juli 1925, dalam usia 24.
Keluarganya mengharapkan tokoh-tokoh elit dan politik dari turin datang melayat sampai ke makam; namun ternyata mereka berharap terlalu banyak pada tokoh-tokoh itu. Yang mengherankan, justru jalan-jalan kota dipenuhi dengan ribuan orang yang meratap dan memberikan penghormatan kepada jenasah. Sebagian besar yang meratap itu adalah orang-orang yang miskin dan sengsara yang telah dilayaninya selama tujuh tahun; uniknya lagi banyak dari antara mereka menjadi sangat heran ketika tahu bahwa anak muda yang suci itu yang mereka kenal sebagai “Bruder Girolamo” itu ternyata berasal dari keluarga yang sangat berpengaruh. Orang-orang miskin itulah yang mengajukan permohonan kepada Uskup Agung Turin untuk memperjuangkan proses kanonisasinya. Proses kanonisasi itu dimulai pada tahun 1932 dan dinyatakan sebagai beato pada 20 Mei 1990. Pesta nama Beato Pier Giorgio Frassati adalah 4 Juli.